Stairway to ...

Sebuah kisah perjalanan hidup

Ironi ' Tembakau Berbalut Kertas' (Oleh Wahyu Widodo)

Yah... benda ini kira-kira berukuran panjang 10 cm dan diameter kurang dari 1 cm, keberadaannya dicari banyak orang tidak memandang usia (kecuali balita) dan jenis kelamin. Ini benda acapkali dijadikan teman disaat seseorang sedang bersantai, selesai makan, sedang stress, saat bekerja, dan saat menyendiri. Yah...itulah rokok!Benda kecil berupa racikan tembakau, cengkeh, kemenyan, dan balutan kertas yang begitu digandrungi dan sangat memasyarakat karena disetiap jengkal jalan yang kita lalui selalu saja terpampang iklan yang menawarkan benda kecil ini. Benda kecil yang harga sebungkusnya bisa untuk makan 2 orang, benda yang apabila terkena air akan lusuh dan dibuang, benda yang tidak bisa disimpan dalam saku celana jin karena akan hancur, benda yang bisa membuat baju celana jadi bolong-bolong, benda yang dibuat untuk dibakar dan menjadi abu untuk kemudian menghilang tanpa bekas oleh pembelinya sendiri, benda yang membuat saluran pernafasan tersiksa, benda yang tidak bisa dijadikan alasan rasional bagi seseorang untuk mulai menghisapnya. Yah... rokok kadang bisa membuat penghisapnya jadi jorok karena buang puntung sembarangan, seolah semua tempat adalah bak sampah. Rokok kadang membuat penghisapnya dikomplain banyak orang disekitar, karena asapnya terus mengepul seperti cerbong pabrik. Rokok kadang membuat penghisapnya rela mengurangi budget makan, hanya untuk mendatangkan benda ini. Rokok kadang membuat penghisapnya melupakan kadar nikotin yang akan menggerogoti tubuhnya.

Di saat negara-negara maju di Amerika, Eropa, dan Asia mulai mengasingkan dan tidak memberi tempat bagi benda yang namanya rokok, dan disaat negara maju menjadikan parameter perkembangan IT, Ekonomi, dan tingkat eknomi masyarakat sebagai indikator kemajuan negara, disaat itu pula sektor industri rokok berkembang pesat di negara miskin dan berkembang. Selain tingkat konsumsi rokok yang sudah tinggi dinegara2 ini, faktor ekspansi produsen rokok negara maju yang mulai mengalihkan pasarnya ke negara berkembang karena sudah tidak laku dinegaranya sendiri juga turut mempengaruhi tingginya konsumsi rokok dinegara kita. Negara berkembang seperti Indonesia dipandang sebagai pasar yang sangat besar bagi para produsen rokok dunia mengingat besarnya jumlah penduduk, kesadaran merokok yang masih besar, aturan mempersempit ruang geak rokok belum sepenuhnya dijalankan. Invasi rokok di Indonesia telah mengakar di berbagai bidang antara lain olah raga, hiburan, periklanan, pendidikan, sosial ekonomi. Olahraga yang notabene bertujuan untuk kepentingan kesehatan dan kompetisi telah disandera oleh kuatnya cengkeraman rokok yang jelas dikeahui tidak baek untuk kesehatan. Sektor hiburan dan iklan menjadi ladang basah untuk media mempromosikan rokok. Rupanya peraturan pemerintah melarang iklan rokok untuk tidak menampilkan penuh bentuk rokok beserta bungkusnya tidak ada dampaknya dalam menekan popularitas rokok, karena masyarakat sudah terlalu mengenal rokok. Bahkan salah satu area bebas rokok di Jakarta yang pernah saya lihat menampilkan tulisan kira-kira berbunyi "Area Bebas Rokok", yang mengejutkan bahwa di samping tulisan ini terdapat poster produk rokok yang menjadi sponsor. Rokok juga telah menjadi denyut nadi dari sebuah kota seperti Kudus dan Kediri, yang mana menyumbang pendapatan daerah tertinggi dan belum lagi puluhan ribu tenaga kerja yang terserap oleh sektor ini. Kota Malang sendiri menerima pendapatan dari cukai rokok sekitar 3 triliun dalam 1 tahun.

Di negara Korea dan Jepang, orang mulai kehilangan kebebasan untuk merokok. Bahkan untuk bisa merokok di tempat umum, mereka harus membeli asbak yang telah dibuat sesuai standar keamanan. Tampaknya peraturan-peraturan yang dibuat negara-negara tersebut begitu efektif menekan jumlah perokok yang ada. Di Indonesia tampaknya harus perlahan-lahan peraturan pembatasan rokok dijalankan, karena begitu banyaknya ketergantungan terhadap rokok. Pemberian cukai tinggi terhadap rokok rupanya tidak dapat digunakan untuk menekan rokok. Nah...kapan kita-kita yang merokok akan mulai menghentikan kebiasaan merokok? Dibutuhkan tkad besar, pengendalian diri, dan komitmen untuk mengasingkan rokok yang telah menjadi teman baik kita selama ini.

4 komentar:

Anonim 24 Februari 2008 pukul 03.40  

Nggak gampang Bung ninggalin rokok bagi yang udah kcanduan

Anonim 26 Februari 2008 pukul 05.42  

Gampang. Tergantung pemahaman anda, bagaimana anda memahami orang lain, dan bagaimana anda memahami diri sendiri. Merokok kok dipelihara?

Wahyu Widodo, S.Si 26 Februari 2008 pukul 19.07  

Gampang kok berhenti merokok,tinggal niat apa g? Akan terasa sulit kalau cuma No Action, Talk Only (NATO) dan No Action, Reason Only (NARO)

Wahyu Widodo, S.Si 1 Maret 2008 pukul 05.50  

Kadang untuk menghentikan kebiasaan yang buruk selain dibutuhkn otosugesti, dibutuhkan paksaan dari pihak luar.

Related Posts with Thumbnails

Blog Archive