Stairway to ...

Sebuah kisah perjalanan hidup

RUMAH DARA Horor Menemukan Seorang Ibu Karya Mo Brothers

Bagi pecinta film Indonesia khususnya genre horor yang selama ini hanya disuguhi horor kombinasi mistik, komedi dan Seks, kini hadir film horor dengan tampilan baru dan elegan karya sutradara Indonesia. Yah, Rumah Dara judulnya! Sebelum nonton dibioskop, saya banyak membaca review film ini oleh berbagai media dalam dan luar negeri. Sebagian besar memberi review positif terhadap film ini, meski tidak lepas dari kekurangan disana sini. Saya sendiri menilai dari segi akting, make up, sound/music, dan penggambaran cerita cukup berkelas. Dari sisi cerita saya rasa standar untuk film-film jenis slasher. Film dengan genre slasher memang belum populer di Indonesia (film slasher Indonesia: Pintu Terlarang karya Joko Anwar), di luar negeri film genre seperti ini sudah banyak diproduksi Hollywood.
Salah satu keberhasilan film ini menurut saya adalah kemampuan mengeksplorasi akting para pemerannya, terutama pemeran keluarga Dara. Karakter Ibu Dara yang diperankan Shareefa Danish dengan sangat ciamik. Shareefa berhasil menerjemahkan karakter seorang ini yang dingin dan sadis dengan nada suara yang datar dan berat dikombinasikan dengan tatapan mata yang siap mengintimidasi korbannya. Selain itu, pakaian yang dikenakan Dara menunjukkan ciri khas Asia terutama Indonesia dengan Kebaya dan rambut disanggul. Jadi meskipun film genre slasher berasal dari barat, akan tetapi Mo Brother berhasil mengkombinasikan antara Barat dan Timur (Asia/Indonesia). Tidak hanya dalam hal pakaian, dari musik latarpun sangat kentara ciri Indonesia nya. Seperti musik latar berupa lagu keroncong, yang terdengar elegan mengiringi adegan Arman (anak Dara) memutilasi korbannya. Salah satu anak Dara, Arman juga berakting sangat baik sebagai tukang jagal. Meskipun Arman tidak ada dialog dalam film ini, akan tetapi bahasa tubuh (nonverb)nya berhasil menerjemahkan karakter sadis dari mimik wajah, tatap mata, kacamata kuno, badan tambun, dan pakaiannya. Mimiknya tampak sangat sadis ketika memutilasi korbannya dengan darah yang memuncrat diwajahnya yang tetap terlihat dingin, serta diiringi musik keroncong yang elegan.
Anak Dara yang lain adalah Adam yang diperankan dengan sangat baik oleh Arifin Putra. Arifin Putra yang biasa berakting disinetron yang biasa-biasa saja ternyata mampu tampil total dalam film ini. Tokoh Adam sangat garang dalam film ini, tampak agresif dalam menghabisi lawannya. Sedangkan Maya yang juga anak Dara diperankan Imeldha Therin menurut saya cukup baik, akan tetapi tidak semenonjol karakter Dara, Adam, dan Arman. Meskipun dalam film ini Maya kebagian banyak porsi dialog dalam film ini, tetapi belum terasa menggigit perannya bila dibandingkan dengan peran Adam dan Arman yang minim dialog.
Kelebihan lain dari film ini menurut saya adalah penggambaran nonverbal untuk menceritakan latar belakang cerita atau dengan kata lain tidak perlu banyak cakap-cakap untuk menceritakan kenapa keluarga Dara seperti itu dan untuk apa mereka seperti itu. Tampak diawal film diperlihatkan video kuno yang memperlihatkan masa kecil mereka yang sudah dilatih dan terbiasa menjagal manusia, meski ditengah-tengah film juga diperlihatkan lagi video kuno ini, itu tambah memperjelas latar belakang kluarga Dara. Sedangkan untuk apa kluarga Dara melakukannya tampak ketika ada tamu dihalaman luar rumah Dara (2 orang) yang sepertinya sedang transaksi jual beli organ tubuh manusia. Penggambaran-penggambaran nonverbal seperti ini memang cukup efektif karena tidak terkesan bertele-tele, meskipun cara seperti ini juga bisa menimbulkan persepsi berbeda dibenak penonton.
Untuk Make Up dan efek para pemain juga sangat serius tampaknya, karena untuk darah memang berasal dari darah binatang dan darah sintetis. Demikian juga dengan beberapa adegan mutilasi seperti tubuh dan mata yang ditusuk, orang terbakar, wajah yang hancur setelah terbakan, dll tampak mendekati real.
Film ini konon sudah banyak disensor untuk bioskop Indonesia, meski demikian bagi yang ingin menonton hendaknya jangan mengajak anak-anak. Saya rasa film ini sangat layak diapresiasi dan ditonton karena Mo Brother tampaknya berusaha menyajikan suguhan yang berkualitas.
Selamat menonton!

0 komentar:

Related Posts with Thumbnails

Blog Archive